Cara Detox Sosial Media Agar Tetap Waras
Aku bekerja di bidang marketing digital, sehingga laptop, handphone, dan internet menjadi kebutuhan utama. Kebutuhan akan sosial mediaku juga mungkin lebih tinggi jika dibandingkan dengan orang tua dan teman-temanku yang lain. Mulai dari menggunakannya untuk riset topik tertentu, menghubungi rekan kerja, dan sarana hiburan instan di tengah-tengah kesibukan.
Tapi justru aku juga sering mengalami burnout. Mulai dari males ngecek Whatsapp karena penuh kerjaan, video-video lucu yang bertebaran di Youtube atau Twitter tidak lagi menyenangkan, begitu juga foto-foto estetik di Instagram. Jadi, aku lumayan rutin melakukan detox sosial media.
Apa itu detox sosmed?
Detox sosial media merujuk pada kesadaran
mengeliminasi penggunaan dan konsumsi sosial media dalam jangka waktu tertentu.
Tidak ada durasi yang pasti terkait seberapa lama kita melakukan detox sosial
media. Tapi, aku melakukannya setiap tiga bulan sekali dengan durasi 1-2
minggu.
Kapan waktu yang tepat untuk detox sosmed?
Untuk mengetahui kapan waktu yang
tepat untuk melakukan detox sosial media, aku melihat dari seberapa sering aku
menggunakan sosial media. Aku melihatnya dari track record lewat aplikasi
Action Dash (Well-being) atau juga dari fitur well-being manager di handphone.
Dari situ, aku bisa menilai berapa banyak waktu yang aku habiskan setiap hari
dan aplikasi/ sosial media apa saja yang harusnya aku kurangi atau eliminasi.
Bisakah kita hidup tanpa sosmed?
Aku tidak bisa sepenuhnya hidup
tanpa sosial media, tapi aku kembali menyeleksi dan menata ulang sosial media
apa yang lebih berguna untuk kesehatanku dan pengembangan diriku. Apalagi untuk
seseorang yang memang bekerja menggunakan teknologi digital, sangat tidak
mungkin untuk menghapus semua sosial media dan tiba-tiba healing (re:
menghilang dan kabur dari kenyataan wkwk).
Lalu, apa yang aku lakukan?
1. Menuliskan daftar seluruh
sosial media dan durasinya
Ketika pertama kali melakukan hal
ini, aku cukup kaget karena ternyata aku punya banyak sekali akun sosial media.
Bahkan aku punya 5 akun Twitter dan 5 akun Instagram. Jangan segan-segan untuk
menuliskan daftar seluruh sosial media yang kamu punya, coba ingat-ingat
kembali apa saja yang kamu punya.
2. Memilih sosial media yang
paling toxic
Setelah itu, aku memilih sosial
media yang paling sering aku gunakan. Aku memilih lima teratas yang paling
sering aku gunakan sehari-hari yakni : Twitter, Instagram, Youtube, Youtube
Music, Whatsapp, dan Tiktok.
3. Menilai kebutuhan secara
objektif
Aku menyadari bahwa menilai
sesuatu hal, terutama terkait diri sendiri akan sangat bias dan subjektif.
Jadi, aku berusaha mengajukan pertanyaan-pertanyaan ini pada setiap akun sosial
media yang aku miliki. Hal tersebut untuk membantuku mempertimbangkan, apakah
akun sosial media ini perlu aku hapus atau biarkan saja, atau sekalian
menghapus aplikasinya dari handphone.
Ini daftar pertanyaan yang aku
buat :
- apa tujuanku membuat akun
tersebut?
- apakah aku membutuhkannya
sepanjang waktu?
- dalam satu minggu, seberapa
sering saya membutuhkannya? Dan untuk kebutuhan apa?
- selama menggunakan akun
tersebut, apakah aku pernah merasakan pengalaman negatif?
- jika aku uninstall aplikasi ini
di handphone, apakah ada dampak negatifnya? Sejauh apa dampak yang aku rasakan?
Ketika melakukan tahapan ini,
lebih baik untuk mengerjakannya secara manual di kertas atau buku tulis.
Lakukan dengan sungguh-sungguh, dalam keadaan stabil dan tenang sehingga ketika
melakukan penilaian tidak akan bias atau hanya berdasarkan perkiraan, melainkan
benar-benar berdasarkan data akurat.
Berikut ini tabel yang aku buat,
barangkali bisa jadi referensi.
Sosial media |
Kebutuhan |
Penilaian Tindakan |
Whatsapp |
·
Jemput ibu, tidak terduga, mengabari hal-hal
urgent ·
Menghubungi atasan ·
Grup belajar |
Penting, tidak bisa dihapus / uninstall |
Instagram @nadyauli (personal) |
·
Self-branding,
hiburan, komunikasi dengan teman-teman lama |
Penting, dibatasi
maksimal 1 jam/hari |
Instagram @T (writing account) |
·
2nd account untuk riset konten ·
Upload tulisan, namun tidak rutin ·
Untuk melatih creative writing |
Penting, log in hanya saat weekend, maksimal 1 jam /hari |
Youtube music |
·
Mendengarkan musik agar tidak terdistraksi
saat bekerja |
Tidak perlu dihapus |
Tiktok |
·
Hiburan |
Uninstall aplikasi |
Twitter @nadyauli (personal) |
·
Hanya untuk update bacaan, biasanya 1-2 minggu
sekali (self-branding juga) |
Penting, tapi tidak
setiap hari, jadi uninstall aplikasi |
Twitter @M (fan-account) |
·
Tempat fangirling idol Kpop |
Tidak penting, log out, uninstall
aplikasi |
Twitter @T (writing-account) |
·
Tempat menulis fanfic |
Tidak penting, log out, uninstall
aplikasi |
Twitter @A (private account) |
·
Buat sambat kerjaan |
Tidak penting, log out, uninstall
aplikasi |
Nah, dari rangkaian tahapan itu
akhirnya aku bisa menyimpulkan tindakan yang akan aku lakukan. Disini, aku
memutuskan untuk uninstall Tiktok dan Twitter di handphone. Sementara aplikasi
lainnya masih aku biarkan, namun tetap aku batasi penggunaanya.
Semoga artikel ini bisa
bermanfaat untuk kalian, ya!
Komentar